Spanduk Kegiatan Reef Resilience And Climate Change |
Ocean Diving Club (ODC) dan PSKP (Pusat Studi Kelautan dan Perikanan) Unsyiah Melakukan pelatihan Reef Resilience and Climate Change selama dua hari, mulai tanggal 19 – 20 Juli 2011 di ruang seminar Ilmu Kelautan Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Kegiatan ini juga didukung oleh CORAL (The Coral Reef Alliance). Pemateri pada pelatihan ini yaitu Dr. Edi Rudi, M.Si dari PSKP dan Abdus Syakur, M.Si dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Aceh.
Pelatihan ini dibuka oleh Ketua Jurusan Ilmu Kelautan Unsyiah. Dalam sambutannya, Nur Fadli M.Si menyebutkan bahwa aceh mempunyai ekosistem terumbu karang yang bagus, kalau tidak di jaga dengan baik dan benar, maka ekosistem tersebut akan rusak. Kejadian pemutihan karang (bleaching) massal pada tahun 2010 yang berpusat di Laut Andaman sangat terasa dampaknya di perairan Aceh. Diperkirakan hampir 80% hewan-hewan pembangun terumbu karang mengalami pemutihan dan tidak kurang 50% berujung kepada kematian.
Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan kapasitas stakeholders terkait dengan perlindungan terumbu karang menghadapi dampak pemanasan global. Peserta dalam kegiatan ini yang terdiri dari berbagai kalangan yaitu, mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan KKP Unsyiah, mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah, alumni Jurusan Ilmu Kelautan dan jaringan KuALA.
Pada hari pertama pelatihan (Selasa, 19 Juli 2011) ini hanya dibahas dua modul. Modul pertama pada pelatihan ini berisi materi tentang Coral Reef dan Climate Change. Modul ini membahas tentang penyebab utama kerusakan pada terumbu karang yaitu perubahan iklim global, pemutihan karang dan pengasaman air laut. Sedangkan pada modul kedua, pemateri membahas tentang prinsip-prinsip dan komponen Reef Resilience, dalam materi ini juga dibahas tentang Resilience System dan MPA Design. MPA Design adalah penentuan sesuatu site untuk perlindungan terumbu karang, dengan melihat prinsip dan komponen resilience system. Risilience adalah ketahanan ekosistem dari fungsi-fungsinya terhadap stress dan perubahan tekanan yang berlebihan didalam suatu perairan.
Pada hari pertama pelatihan (Selasa, 19 Juli 2011) ini hanya dibahas dua modul. Modul pertama pada pelatihan ini berisi materi tentang Coral Reef dan Climate Change. Modul ini membahas tentang penyebab utama kerusakan pada terumbu karang yaitu perubahan iklim global, pemutihan karang dan pengasaman air laut. Sedangkan pada modul kedua, pemateri membahas tentang prinsip-prinsip dan komponen Reef Resilience, dalam materi ini juga dibahas tentang Resilience System dan MPA Design. MPA Design adalah penentuan sesuatu site untuk perlindungan terumbu karang, dengan melihat prinsip dan komponen resilience system. Risilience adalah ketahanan ekosistem dari fungsi-fungsinya terhadap stress dan perubahan tekanan yang berlebihan didalam suatu perairan.
Pada Hari kedua (20/07/2011), prestasi di sampaikan oleh Bapak Abdus Syakur dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi. Beliau memaparkan tentang Kawasan Konservasi Laut ( KKL ) di Seluruh Peraian laut aceh. KKL ini juga sama seperti MPA ( Marine Protectic Area ). Dalam penyampainya, ada delapan wilayah yang akan di usulkan sebagai wilayah KKL,, yaitu, Kota Sabang, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh barat, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil ( pulau Banyak ), Siemeulu, dan Aceh Selatan. Pada wilaya yang telah ditetapkan sebagai KKL ini nantinya akan dilindungin, dan wilayah tersebut tidak dibenarkan menggunakan alat-alat tangkap yang dapat merusak ekosistem yang terdapat di perairan itu. Dalam wilayah KKL, dapat diberikan zona inti jika itu memang diperlukan. Zona inti tersebut artinya dilarang masuk kedalam wilayah tersebut tampa izin. Hal ini dikarenakan terdapat sesuatu hal yang istimewa pada zona tersebut, seperti salah satunya di bate tokong pulau sabang, daerah itu merupakan zona inti dari wilayah KKL yang terdapat di pulau sabang. Pada daerah tersebut terdapat spowning telur ikan. Tetapi pembuatan zona inti ini tidak dapat dilakukan secara efektif, hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang mengerti mengenai zona tersebut, dan dapat menimbulkan kesalah pahaman terhadap zona inti ini, maka dari itu zona inti ini diakali dengan daerah dilarang memasang jangkar, atau daerah dilarang memancing, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai penganti peran zona inti tersebut. itulah beberapa paparan beliau mengenai masalah KKL di perairan laut aceh, Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang disampaikan Bapak abdul syakur terkait maslah KKL ini.
Dr.Edi Rudi M,Si |
Pada Hari kedua, Dr. Edi Rudi. M.Si juga mepresentasikan tetang konsep cara membuat Design MPA yang resilience, ada 5 konsep tahapan yang harus betul-betul diperhatikan dalam pembuatan MPA ini reprasentitatif dan replikasi, critical area,connectivity, size, shape dan spacing, sosial ekonomi. Setelah peserta memahami konsep tahapan pembuatan design MPA, dilakukan diskusi kelompok untuk membuat suatu Design MPA Untuk Kota sabang, Aceh Besar, dan Aceh Singkil. Dan setelah selesai berdiskusi dan mendesign MPA, setiap kelompok peserta yang telah dibagi mempresentasikanya.
Nah, setelah presentasi dari setiap peserta kelompok, Dr, Edi Rudi M,Si menutup Pelatihan Tentang Reef Resilience and Climate Change. Itulah rangkaian dan beberapa materi yang terdapat dalam training worshop ini.
Nah, setelah presentasi dari setiap peserta kelompok, Dr, Edi Rudi M,Si menutup Pelatihan Tentang Reef Resilience and Climate Change. Itulah rangkaian dan beberapa materi yang terdapat dalam training worshop ini.
Suansana diskusidan persentasi dari hasil diskusi peserta training.
Suasana saat diskusi |
Suasana saat persentasi |
0 komentar:
Posting Komentar