Senin, 06 Mei 2013

Survey Perkembangan Terumbu Karang Pasca Bleaching masal 2010


Terumbu karang merupakan sebuah kekayaan alam yang sangat berharga untuk kelangsungan hidup biota laut lainnya. Banyak manfaat yang di dapat dari terumbu karang, baik dari segi biologi, fisika, kimia bahkan ekonomi.
WCS melakukan survey bersama Efin Muttaqin dibantu dua orang anggota Ocean Diving Club (ODC) Unsyiah dan satu orang anggota Fishierish Diving Club (FDC) IPB. Survey ini dilakukan untuk melihat perkembangan ekosistem terumbu karang yang ada di Sabang dan Pulau Aceh pasca bleaching tahun 2010. Survey ini sebelumnya telah dilakukan oleh WCS pada tahun 2010 sebelum coral bleaching terjadi. Survey yang dilakukan ini berlangsung selama satu minggu sejak tanggal 26 Maret – 02 April 2013. Di Sabang selama 5 hari, dan di Pulau Aceh selama 2 hari. Terdapat 17 titik lokasi di sabang tempat dilakukannya pengamatan dan 6 titik lokasi di Pulau Aceh.
Survey ini dilakukan oleh 5 orang  melalui snorkling, dan di ambil pada satu kedalaman saja, yaitu dangkal. Survey ini menggunakan metode P.I.T (Point Intercept Transect), Transect Belt,Visual Sensus, Timed Swim dan Sosek (Sosial Ekonomi).

Alat Yang Dibutuhkan

Peralatan yang dibutuhkan untuk survey ini, yaitu:

1. Alat dasar selam ( fins, masker, dan snorkle)
2. Transek 150 m
3. Transek kuadrat 1x1 m
4. Sabak
5. Camera Underwater

Deskripsi Kegiatan :

1. Mengambil data ekosistem terumbu karang dengan menggunakan alat dasar selam (fins,     masker, dan snorkle) dengan kedalaman 2-6 m.
2. Melakukan sosek kepada panglima laot, nelayan dan dive shop setempat untuk melihat     ada atau tidak dampak dari pada bleaching.
3. Melakukan foto dokumentasi untuk melihat kondisi ekosistem terumbu karang tersebut.

Metode yang dilakukan:

1. P.I.T (Point Intercept Transect)
Pengambilan datanya dilakukan setiap 50 cm, dilihat genus karang apa saja yang terdapat di bawah transek.

2. Transect Belt
Untuk melihat Coral Size (ukuran karang) yang terdapat di transek dengan ukuran 1 m ke kiri dan 1 m ke kanan dari transek.

3. Transek Kuadrat
Untuk melihat jumlah rekrutmen karang transek kuadrat ini diletakkan di setiap transek kelipatan 10 meter.

4. Visual Sensus
Melihat ikan karang yang berukuran >10 cm dan <10 cm.

5. Timed Swim
Dilakukan untuk melihat genus karang apa saja yang terdapat di daerah tersebut.

6. Sosek (Sosial Ekonomi)
Sosek ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dampak Coral Bleaching terhadap ekonomi masyrakat setempat. Sasaran dari sosek ini yaitu panglima laot, nelayan dan dive shop.

Hari pertama survey dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda yaitu Benteng, Ujung seukee dan Sumur Tiga. Di ujung seukee survey dilakukan menggunakan boat dikarenakan aksesnya yang cukup sulit. Pada kedua survey dilakukan di Anoi Itam, Jaboi, Beurawang, dan Ujong Kareung. Pada hari ketiga hanya dilakukan satu lokasi survei, yaitu di Reuteuk, karena dilakukan pada hari Jum’at. Hari keempat survey dilakukan pada lima lokasi, yaitu Gapang, Batee Meuron-ron, Lhok Weng, Sea Garden, dan West Rubiah. Sea Garden dan West Rubiah menggunakan boat untuk menuju lokasi. Dan pada hari kelima, survey dilakukan pada empat lokasi, yaitu Lhong Angen, Bakopra, Canyon, dan Ujong Seurawan. Kami menaiki boat juga utuk menuju keempat lokasi tersebut. Pada hari ke enam anggota tim langsung menuju ke Pulau Aceh, melalui Banda Aceh. Di Pulau Aceh sendiri survey dilakukan pada 2 titik, yaitu di Len Balee dan Lamteng dengan menggunakan boat. Dan pada hari terakhir survey dilakukan di Pasie janeng, Lhoh, Paloh dan Deudap.

Kesimpulan

Banyak terdapat rekruitmen karang yang di temukan selama survey berlangsung, khususnya di daerah Sabang dan sekitarnya. Keadaan ekosistem terumbu karang sudah mulai membaik, ditandai dengan tidak adanya Coral Bleaching dan banyak karang yang berukuran besar. Jenis karang Acropora adalah Genus yang dominan ditemukan di Pulau Aceh. Menurut hasil survey sosia ekonomi, nelayan dan panglima laot merasakan dampak akibat dari Coral Bleaching, misalnya seperti berkurangnya hasil tangkapan mereka.

ODC Ikut Pelatihan Monitoring Ikan Hias Bareng TERANGI

ODC Ikut Pelatihan Monitoring Ikan Hias Bareng TERANGI
Sabang,16 April 2013.Empat (4) orang mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Unsyiah yang merupakan pengurus Ocean Diving Club (ODC) Unsyiah mengikuti “Pelatihan Sistem Pendataan dan Monitoring Biota Ornamental”. 
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang  yang bekerja sama dengan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi) yang wakili oleh Mikael Prastowo, Idris, Safran Yusri, Nugroho S. Wijoyo, Hendra Akhrari, Atim, dan Adi Harahap. Kegiatan ini diikuti oleh Panglima Laot Lhok yang ada di P. Weh, nelayan penangkap ikan hias, perwakilan dinas DKP, dan satgas perlindungan laut Iboih. Pelatihan ini dibuka oleh bapak Effendi yang mewakili DKP Sabang, beliau menyambut baik kegiatan ini sekaligus memberi gambaran potensi Sabang terkait biota ornamental (Ikan Hias). Pemaparan materi pertama oleh Idris (Terangi) tentang Pengelolaan Perikanan Ornamental yang isinya gambaran tentang prinsip-prinsip umum pengelolaan perikan ornamental yang dibarengi dengan sistem pendataan dan monitoring ikan hias laut.

Terdapat beberapa materi presentasi yang disampaikan pada kegiatan ini. Materi mengenai “Pengumpulan Data dan Informasi Pemanfaatan Ikan Hias” disampaikan oleh Safran Yusri dan Idris, inti dari penyampaian materi adalah terdapat 3 hal penting dalam pengelolaan data: Pencatatan data, pengolahan data, dan analisa serta penyajian data. Kemudian Nugroho mempresentasikan materi mengenai “Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB)” yang menjelaskan mengenai jumlah (bobot) ikan maksimum dalam suatu stok yang dapat diambil (tangkap) dengan penangkapan tanpa mengganggu kelestarian stok ikan tersebut.

Dalam setiap materi yang disampaikan, peserta selalu antusias mengikuti jalannya kegiatan dengan terlibat aktif dalam forum diskusi yang selalu dibuka disetiap materi. Walaupun sebagian peserta sudah mengenal ikan-ikan karang akan tetapi tim dari Terangi juga memberikan materi tentang “Pengenalan Ikan Karang” yang disampaikan oleh Hendra Akhrari dengan memberi penjelasan mengenai ciri-ciri morfologi ikan karang. Sementara itu untuk memberi pemahaman peserta pelatihan tentang biota-biota laut yang dilindungi di Indonesia, Idris juga memaparkan materi “Hewan-hewan Laut Dilindungi Menurut Peraturan Di Indonesia”, materi ini merupakan materi yang menarik yang diikuti oleh peserta pelatihan. Pelatihan hari pertama ditutup dengan kegitan simulasi kering visual sensus ikan karang.

Hari kedua kegiatan pelatihan dimulai dengan materi “Pengolahan Data Menggunakan FISAT II”dipandu langsung oleh Nugie dan dibantu oleh teman-teman Terangi. Kegiatan ini ditutup dengan simulasi pendataan ikan karang dengan metode visual sensus yang dilakukan langsung di Pantai Sumur Tiga Sabang.

ODC Ikut Pelatihan Monitoring Ikan Hias Bareng TERANGI

Untuk mendukung program Pengelolaan Perikanan Biota Ornamental di Pulau Weh, pada tanggal 18-21 April 2013 Tim Terangi juga melakukan pemetaan potensi perikanan ornamental dengan melakukan pendataan terumbu karang, ikan karang, dan invertebrata air di kawasan yang biasa dilakukan penangkapan ikan hias oleh nelayan diantaranya di Beurawang, Jaboi, Balohan, Ujong Seuke, Pulau Klah, dan Pria Laot.