Minggu, 23 Januari 2011

Penyakit Dekompresi Menjadi Momok Menakutkan Bagi Penyelam

Penyakit Dekompresi adalah suatu keadaan yang paling harus dihindari oleh setiap penyelam. Secara sederhana dekompresi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan medis dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Akibat dari kondisi tersebut maka timbul gejala yang mirip sekali dengan stroke, dimana akan timbul gejala-gejala seperti mati rasa (numbness), paralysis (kelumpuhan), bahkan kehilangan kesadaran yang bisa menyebabkan meninggal dunia.

Saat kita menyelam, akibat terjadinya peningkatan tekanan, maka udara yang ktia hirup lebih banyak dari biasanya. Seperti kita ketahui bahwa udara yang kita hirup saat menyelam adalah mayoritas Oksigen dan Nitrogen. Peningkatan oksigen yang dihirup akan berdampak positif bagi metabolisme tubuh, namun gas nitrogen tidak digunakan oleh tubuh kita. Maka akibatnya, gas Nitrogen akan terakumulasi didalam tubuh penyelam proporsi dengan durasi menyelam dan kedalaman penyelaman. Dengan kata lain, semakin dalam kita menyelam, semakin lama kita menyelam, maka akumulasi nitrogen didalam tubuh penyelam akan semakin banyak.

Tubuh manusia adalah obat yang paling manjur bagi dirinya sendiri, tubuh kita memiliki kemampuan menetralisir zat beracun dengan sendirinya. Begitu pula saat tubuh kita mengalami kelebihan nitrogen dalam jumlah yang wajar, tubuh kita bisa me-netralisir dengan sendirinya dalam waktu yang relatif singkat melalui proses respirasi (pernafasan). Sepanjang kita tidak menyelam terlalu lama dan tidak terlalu dalam, serta naik perlahan-lahan sehabis menyelam, maka nitrogen tersebut bukan menjadi masalah.

Masalah terjadi, bila kita naik dengan cepat dari kedalaman tertentu ke permukaan air. Hal ini akan sama kondisinya dengan botol bir yang kita kocok lalu kita buka tutupnya. Nitrogen yang sudah ter-akumulasi didalam cairan tubuh penyelam akan dilepas dalam bentuk gelembung udara (buih) akibat dari penurunan tekanan secara drastis. Buih-buih inilah yang akan menyumbat aliran darah maupun sistem syaraf tubuh manusia. Akibatnya bisa sangat fatal, mirip dengan stroke.

Penderita dekompresi menjalani terapi Hyperbaric Chamber

Hukum Fisika yang paling mendasari teori dekompresi adalah Hukum Hendry, dimana hukum tersebut menyebutkan bahwa pada sebuah bejana yang berisi air dan udara, bila tekanan udara ditingkatkan maka akan terjadi pelarutan udara kedalam zat cair tersebut proporsi seiring dengan peningkatan tekanan udara. Saat tekanan dalam bejana tersebut sudah cukup tinggi, apabila tekanan udara dikurangi secara perlahan-lahan, maka gas yang terlarut akan dibebaskan secara perlahan kembali ke udara tanpa membentuk gelembung udara. Lain halnya bila tekanan tersebut dikurangi secara cepat, maka udara yang terlarut didalam zat cair akan dibebaskan secara cepat pula, dan membentuk gelembung udara seperti air mendidih (boiling water).

Teori lainnya yang mendukung teori dekompresi adalah Hukum Boyle, yang menyebutkan bahwa semakin tinggi tekanan udara, maka kepadatan molekul udara akan semakin padat pada volume yang sama. Contoh, jika dipermukaan air kita ada sebuah balon yang berukuran 1 Liter berisi satu juta molekul gas, maka pada kedalaman 30 meter, 1 Liter balon gas tersebut akan akan berisi 4 juta molekul gas. Hal ini berarti bahwa semakin dalam kita menyelam maka kita menghirup lebih banyak molekul gas ketimbang saat kita tidak menyelam.

Gejala-gejala dekompresi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu type pain only yang relatif lebih ringan biasanya menimbulkan rasa sakit di persendian, sakit kepala, gatal-gatal di kulit. Dekempresi yang lebih parah biasanya terjadi jika kita melanggar berat aturan durasi dan kedalaman menyelam atau naik ke permukaan dengan cepat. Dekompresi type 2 ini gejalanya bisa lebih serius meliputi kelumpuhan, kehilangan kesadaran (pingsan), mati rasa, bahkan kematian.

Mengkonsumsi alkohol, keletihan, faktor obesitas, usia, dll. dapat juga meningkatkan resiko dekompresi, namun selama aturan penyelaman pokok yang meliputi naik perlahan-lahan, batas-batas kedalaman, dan batas durasi penyelaman tidak kita langgar, maka kecil sekali kemungkinan menderita dekompresi type 2.

Gejala-gejala Dekompresi biasanya timbul sesaat setelah menyelam atau tertunda sampai maksimal 48 jam. Gejala dekompresi tidak mungkin terjadi setelah melewati 48 jam setelah diving atau setelah naik pesawat, karena dalam waktu sekian lama tubuh sudah menetralisir akumulasi nitrogen akibat menyelam. Dekompresi bukan penyakit menular, dekompresi bukan penyakit menahun, dan teori ini tidak akan pernah berubah.

Nitrogen didalam tubuh kita sehabis menyelam secara umum akan dinetralisir secara sempurna dalam waktu 12 - 24 jam tergantung profil menyelam kita. Bila didalam tubuh kita masih ada akumulasi nitrogen, lalu kita naik pesawat terbang, maka dekompresi masih bisa terjadi akibat perbedaan tekanan udara di permukaan laut dan di ketinggian jelajah pesawat terbang. Oleh sebab itu tunggulah sedikitnya 18 jam sehabis menyelam sebelum naik pesawat terbang.

Pada penyelaman normal, Secara umum akumulasi nitrogen sudah dinetralisir secara sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam sehabis menyelam. Keadaan tertentu mungkin membutuhkan waktu sampai 48 jam. Jika anda sudah naik pesawat setelah menyelam dan tidak mengalami apa-apa, berarti tubuh anda sudah bebas nitrogen. Anda tidak mungkin mengalami dekompresi lebih dari 48 jam setelah anda turun dari pesawat setelah trip menyelam. Perlu diketahui bahwa, banyak sekali kondisi medis lain yang mirip dengan gejala dekompresi, gunakan logika dalam meng-identifikasi kelainan medis, jika perlu berkonsultasilah dengan ahli medis.

Dekompresi dapat dihindari dengan selalu menaati standard prosedur yang tertuang pada Recreational Dive Planner (RDP) atau dive computer, anda akan mempelajari hal tersebut pada training selam anda. Naik ke permukaan secara perlahan-lahan sehabis menyelam dengan kecepatan 18 meter dalam 1 menit. Semua bahaya Scuba diving dapat dihindari hanya dengan hal yang sangat mudah.

Jika dekompresi tidak dapat dihindari dan terjadi pada penyelam, berilah oksigen murni (100%) pada penyelam yang menunjukan gejala dekompresi sehabis menyelam, hubungi Rumah Sakit yang memiliki fasilitas Hyperbarik (Recompression Chamber). Segera evakuasi korban ke fasilitas hyperbarik terdekat. Gejala-gejala Dekompresi tidak akan membaik sampai si korban mendapatkan terapi hiperbarik.

Didalam Recompression chamber (Hyperbarik), si pasien akan dimasukan kedalam tabung besar, dimana tekanan udara akan ditingkatkan kembali seperti sewaktu kita menyelam. Dengan demikian buih-buih nitrogen yang menyumbat didalam aliran darah akan kembali melarut didalam darah, dan di netralisir secara alamiah oleh tubuh melalui proses pernafasan.

Sumber: berbagai sumber

8 komentar:

  1. Slm knal, kmi dri BDP Unhalu. tertarik dgn tulisan teman2 ODC.

    BalasHapus
  2. makasih sangat membantu untuk tugas saya

    BalasHapus
  3. menambah pencerahan...

    BalasHapus
  4. terimakasih. berkat tulisan ini sayya bisa memahami efek tekanan saat menyelam yang akan menjadi bahan kuliah saya nanti siang..
    :)

    BalasHapus
  5. salam kenal juga untuk BUDIDAYA PERAIRAN 2010, terima kasih juga telah berkunjung ke blog kami

    BalasHapus
  6. Ok, sama-sama Catatan Daris, moga artikel nya bermanfaat, dan terima kasih telah berkunjung

    BalasHapus
  7. ini yg terjadi pada 2 perwira marinir kita di jatim.

    BalasHapus
  8. terima kasih buat info nya ya. soalnya saia sedang berniat tuk melakukan aktivitas freediving. ternyata aktivitas menyelam itu memiliki dampak yg buruk juga jika kita memaksakan nafas kita saat menyelam.

    BalasHapus