Selasa, 02 November 2010

Aceh Reef Check Day 2010

Photo bersama sebelum penyelaman Reef Check. foto: dok. ODC
Ocean Diving Club dan didukung oleh lembaga jaringan KUALA yaitu Yayasan Lamjabat, Wildlife Conservation Socieety (WCS)-Indonesia Marine Program dan lembaga Lingkungan hidup lainnya yaitu Center Wildlife for Conservation (CWC) mengadakan kegiatan Reef Check. Kegiatan yang berlangsung dua hari yaitu tanggal 23-24 Oktober 2010 ini merupakan bagian dari kegiatan Jaringan Kerja Reef Check Indonesia. Data Reef check kali ini direncanakan diambil di 6 tempat yaitu: Ujung Aramanyang, Lhok Me, Benteng, Lhok Keutapang Raya, Lhok Mata Ie dan Pulau Tuan. Seluruh wilayah tersebut berada di Kabupaten Aceh Besar. Monitoring dilakukan dengan melakukan pengambilan data karang, kesehatan karang, data dampak aktifitas perikanan, data visual sensus ikan, invertebrata dan data parameter perairan.

Pada hari pertama yaitu tanggal 23 Oktober 2010, Lhok Me dan Benteng merupakan lokasi yang di survey. Berdasarkan observasi awal kedua lokasi tersebut mempunyai kondisi terumbu karang yang relative sama, persen tutupan karang hidup dalam kategori sedang. Walaupun demikian kondisi perairan di kedua wilayah cukup jauh berbeda. Di lokasi Benteng tingkat kekeruhan dan sedimentasi relative lebih tinggi dibandingkan dengan Lhok Me. Hal ini terjadi karena aktivitas pelabuhan yang berada di dekat lokasi survey benteng, dimana terdapat pelabuhan kapal besar dan pabrik semen.
Pengambilan data Reef Check. foto: dok. ODC
Dari pantauan di lapangan juga ditemukan beberapa temuan bahwa kondisi karang mengalami penurunan. Hal ini terjadi diduga akibat beberapa factor. Aktivitas perikanan diduga menjadi factor penurunan kondisi karang. Hal ini dapat dilihat dari ditemukannya alat tangkap yang tersangkut karang seperti jaring, tali pancing. Selain itu juga factor kegiatan industri dan pelabuhan sehingga menyebabkan tingkat kekeruhan dan sedimentasi yang tinggi serta tumpukan sampah di beberapa titik. Beberapa factor lainnya yang diduga menjadi penyebab penurunan kondisi karang di kedua lokasi tersebut adalah dampak fenomena pemutihan karang dan pemangsaan oleh Bintang bulu seribu (Acanthaster plancii).
Bintang bulu seribu (Acanthaster plancii). foto: dok. ODC
Hari kedua, tanggal 24 Oktober 2010, di lokasi baru yaitu Lhok Keutapang Raya dan Pulau Tuan, kondisi perairan memiliki perbedaan karakteristik dimana Lhok Keutapang Raya sangat berarus dan bergelombang, selain itu kondisi perairan pada lokasi ini dapat berubah secara tiba-tiba dikarenakan daerah ini dipengaruhi oleh pasang surut dan letaknya berada diantara dua pulau. Namun demikian berbeda halnya dengan visibility di kedua perairan yang sangat mendukung untuk pengambilan data. 

Terumbu karang dikedua wilayah ini termasuk kategori sedang, pada kedua lokasi tersebut didominasi oleh acropora namun berbeda lifeform. Acropora tabulate mendominasi Pulau Tuan dan acropora branching di wilayah Lhok Keutapang Raya. 

Kondisi terumbu karang di Lhok Keutapang Raya.  foto: dok. ODC
Coral bleaching yang terjadi pada bulan Mei tidak terlalu berdampak besar pada kedua wilayah ini, terlihat pada kondisi terumbu karang yang masih baik dan hanya sedikit yang mati, namun banyak sekali terdapat patahan karang diwilayah ini akibat faktor manusia (terkena jangkar), selain itu, kondisi kelimpahan ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti ikan kakap dan kerapu sangat berkurang pada kedua wilayah ini, begitu juga dengan kelimpahan biota lain non-ikan yang juga memiliki nilai ekonomis tinggi seperti timun laut, lobster dan gurita juga sangat berkurang. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, masih adanya aktifitas perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan potas dan penyelam kompresor. Kedua aktifitas tersebut diduga menjadi faktor utama kerusakan ekosistem terumbu karang diwilayah ini.
Kerusakan karang akibat jangkar.  foto: dok. ODC
Dari keenam site yang direncanakan semula, tim reef check hanya berhasil mengambil data di 4 site. Sedangkan di dua site lainnya yaitu Aramanyang dan Lhok Mata Ie tidak berhasil. Hal ini dikarenakan kondisi perairan yang kurang mendukung. Aramanyang menjadi site yang "dirugikan" karena faktor angin musim yang sedang terjadi di Aceh. Selain karena terbukanya kawasan terumbu karang pada saat surut yang menyebabkan hampir semua terumbu berada di atas permukaan air laut, juga hempasan angin yang menyebabkan gelombang tinggi di perairan tersebut sehingga keadaan kecerahan yang sangat keruh. Untuk site Lhok Mata Ie yang merupakan site baru yang direncanakan ternyata memiliki keunikan perairan tersendiri dimana letaknya di "mulut" arus yang sangat sempit antara Pulau Batee dan ujung daratan Sumatera sehingga  untuk pengambilan data reef check sangat beresiko bagi tim. (Lis)


4 komentar: