Terumbu karang merupakan komunitas unik
diantara komunitas laut lainnya dan terbentuk dari aktivitas biologi. Terumbu
karang merupakan ekosistem khas perairan tropik, dan merupakan habitat berbagai
biota laut untuk tumbuh dan berkembang biak dalam kehidupan yang seimbang.
SIfat yang menonjol dari terumbu karang adalah produktifitas dan
keanekaragamannya yang tinggi, jumlah spesies yang banyak, serta bentuk
morphologi yang sangat bervariasi dan biomassa yang besar.
Luas
terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia mencapai lebih dari 60.000
km2 yang tersebar di perairan kawasan barat hingga timur Indonesia
(Walters, 1994 dan Suharsono, 1998). Namun, saat ini terumbu karang secara
terus menerus mendapat tekanan berat akibat berbagai aktivitas manusia baik di
darat maupun di laut. Cara-cara penangkapan yang menggunakan bahan peledak,
bahan kimia beracun masih banyak dijumpai di beberapa daerah. Disamping itu
pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan terus meningkat, sejalan dengan
meningkatnya laju pembangunan. Begitu pula halnya dengan pembangunan industri
dan limbah rumah tangga serta pencemaran minyak juga mengancam kelestarian
terumbu karang. Disisi lain kesadaran masyarakat masih rendah terhadap masalah
pelestarian atau konservasi sumber daya yang mengakibatkan semakin menambah
sulitnya pengelolaan sumber daya terumbu karang secara rasional.
Dalam
upaya menanggulangi masalah tersebut khususnya dalam rangka memulihkan kemabli
fungsi dan peranan ekosistem terumbu karang sebagai habitat biota laut, perlu
segera diambil tindakan nyata untuk menjaga kelestarian ekosistem karang
melalui upaya rehabilitasi sumber daya karang yang sudah mengalami kerusakan.
Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalui transplantasi karang.
Teknologi
transplantasi karang (Coral transplantation) adalah usaha
mengembalikan terumbu karang melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup
untuk ditanam di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami
kerusakan, bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami.
Metode Transplantasi Karang
Dewasa ini metode yang di gunakan untuk membuat media
transplantasi karang cukup banyak, namun dalam hal ini kami menggunakan metode
yang relatif mudah dan tingkat efesiensinya tinggi sehingga lebih efektif dalam
proses pembuatan dan aplikasinya,
Dari
beberapa alternatif metode transplantasi karang yang ada, metode jaring
substrat memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya, yaitu:
- Lebih kokoh dan kuat
- Cocok untuk obyek penelitian
- Cocok untuk karang bercabang
- Bernilai ekonomis dan efektif
- Tahan lama dan ramah lingkungan
Alat
dan bahan transplantasi karang :
- Peralatan scuba
- Jangka sorong (skala 0,01 cm)
- Peralatan ukur kualitas air
- Pemotong karang
- Alat dokumentasi bawah air
- Sampel karang hidup
- Wadah sampel
- Label tahan air
- Kawat baja
- Pipa paralon
- Substrat semen
- Sarana transportasi laut
Substrat
Substrat
berfungsi sebagai tempat penempelan bibit karang. Substrat yang digunakan
terdiri dari beberapa alternatif, yaitu jenis substrat konkrit, yakni terbuat
dari semen cor dengan ukuran 5x1 meter. Pada sisi atas semen yang telah di cor
akan di bentuk tiang pengikat sampel karang, namun di bentuk dengan rangkaian
tulisan “Rrueng Raya” (nama daerah transplan) untuk menambah nilai estetika,
dimana pola rangkaian di buat dengan kawat baja. Penempatan substrat didasar
perairan disesuaikan dengan kondisi dasar perairan.
Contoh
bentuk frame dari besi dan substrat
Penyiapan
lokasi rehabilitasi dilakukan dengan tujuan meningkatkan peluang anakan karang
untuk hidup dilokasi yang akan direhabilitasi menjadi lebih terjamin. Tahapan
yang dilakukan adalah :
- Mengurangi dan atau menghentikan penyebab rusaknya terumbu karang di lokasi tersebut.
- Membersihkan sampah plastik, organik, dan material lain yang dapat mengganggu pertumbuhan karang.
Bibit
Untuk Transplantasi Terumbu Karang
Pengambilan bibit dari alam perlu diperhatikan, antara lain :
- Mengurangi dan atau menghentikan penyebab rusaknya terumbu karang di lokasi tersebut.
- Tidak merusak koloni induk.
- Sistem perwakilan plot kurang lebih 10% per plot.
- Sesuai dengan MSY (potensi) di alam/lokasi.
- Pengangkutan bibit dilakukan di dalam air dan dilaksanakan dengan hati-hati.
Pada
pengikatan bibit pada substrat, perlu diperhatikan :
- Pengangkutan bibit dilakukan di dalam air dan dilaksanakan dengan hati-hati.
- Pengikatan bibit sebaiknya dilakukan di dalam air, namun apabila dilakukan dipermukaan air jangan terlalu lama (maksimal 20 menit).
- Pada pengikatan, bibit diikat dengan seerat mungkin dengan menggunakan tali pancing atau klem plastik.
sumber : http://gudangsamsul.blogspot.com/
Samsul Bahri ODC 0304
0 komentar:
Posting Komentar